SATUKLIKMEDIA.COM, GOWA – Di tengah tantangan dunia pendidikan yang masih kompleks, hadir sosok Annisa Resky Amaliah, A.Md.Kep., S.Sos, yang menjadi simbol ketulusan dan pengabdian di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) No. 24 Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sebagai wali asuh, Annisa tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga menjadi pelita bagi masa depan anak-anak di wilayah tersebut.
Berbekal latar belakang pendidikan di bidang keperawatan dan ilmu sosial, Annisa membawa pendekatan yang unik dan menyentuh. Ia memahami bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai akademik, tetapi juga menyangkut perhatian, empati, dan keberpihakan kepada anak-anak yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Di matanya, setiap anak adalah potensi besar yang harus dipupuk dengan kasih sayang dan pendampingan yang konsisten.
“Anak-anak itu seperti cahaya kecil. Jika kita rawat dengan kasih, mereka akan tumbuh dan menyinari sekitarnya,” ucap Annisa, yang dikenal dekat dengan para siswa.
Dalam menjalani peran sebagai wali asuh, Annisa menjelma menjadi sosok multiperan. Ia menjadi guru, pendengar, konselor, sekaligus sahabat bagi para murid. Setiap hari, ia terlibat langsung dalam proses pembelajaran, menginisiasi kegiatan kreatif yang membangun rasa percaya diri siswa, dan aktif mengunjungi rumah siswa yang memerlukan perhatian khusus. Ia percaya bahwa pendidikan harus menjangkau hingga ke rumah, karena lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak.
Annisa juga menjembatani komunikasi antara sekolah dan orang tua siswa. Dalam banyak kasus, ia menjadi penghubung yang menyampaikan kondisi dan potensi anak kepada orang tua, serta meyakinkan bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang. Pendekatan ini terbukti efektif. Banyak orang tua yang sebelumnya kurang terlibat, kini mulai aktif mendukung proses belajar anak-anak mereka.
Tantangan yang dihadapi Annisa tentu tidak sedikit. Ia harus berhadapan dengan keterbatasan fasilitas, medan yang tidak selalu mudah dijangkau, hingga masalah sosial yang dihadapi siswa di luar sekolah. Namun, semua itu tidak menyurutkan semangatnya. Ia tetap melangkah, meski terkadang harus melewati batas waktu dan tenaga. “Ada lelah, tapi tidak ada kata menyerah. Anak-anak ini berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik,” tuturnya.
Hasil dari perjuangan itu kini mulai terlihat. Para siswa menjadi lebih terbuka, aktif, dan berani bermimpi. Mereka tidak lagi malu untuk menyampaikan cita-cita, dari menjadi dokter hingga guru dan tentara. Bahkan beberapa siswa menunjukkan peningkatan signifikan dalam nilai akademik dan perilaku.
Bagi Annisa, keberhasilan anak-anak ini adalah buah manis dari kerja yang dilandasi keikhlasan. Ia menegaskan bahwa menjadi wali asuh bukan sekadar menjalankan amanah dari program pemerintah, melainkan misi pribadi untuk menumbuhkan generasi yang tangguh dan berdaya saing.
“Melihat mereka tersenyum, semangat datang ke sekolah, dan berani bermimpi — itu kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan apapun,” ujarnya haru.
Kisah Annisa Resky Amaliah menjadi cermin bahwa perubahan besar dalam pendidikan bisa dimulai dari satu hati yang tulus. Di balik senyum anak-anak Sekolah Rakyat Menengah Pertama No. 24 Gowa, ada dedikasi luar biasa dari seorang wali asuh yang bekerja dengan hati, bukan hanya karena tugas.
Langkahnya mungkin sederhana, tapi dampaknya menyentuh masa depan. Annisa membuktikan bahwa ketika cinta dan pendidikan berjalan beriringan, maka harapan akan selalu punya tempat di setiap ruang kelas – dan di setiap mimpi anak-anak negeri ini.
Leave a Reply