Energi yang Kita Sebarkan, Energi yang Kita Terima

Oleh, Abe Withobes

Setiap pagi, Ibu Sari melangkah ke sekolah dengan senyum hangat yang selalu menghiasi wajahnya. Dengan penuh semangat, ia menyapa setiap siswa yang ditemuinya di gerbang sekolah. “Selamat pagi, Nak! Sudah sarapan? Semoga harimu menyenangkan, ya!” sapanya dengan suara lembut namun penuh energi. Tidak hanya sekadar menyapa, ia juga bertanya kabar mereka dengan tulus, seolah ingin memastikan bahwa setiap anak merasa diperhatikan.

Sikap positif Ibu Sari ini ternyata menular. Ada seorang siswa bernama Raka, yang dulunya selalu tampak malas dan kurang percaya diri dalam belajar. Setiap kali menghadapi soal yang sulit, ia langsung menyerah dan berpikir bahwa dirinya tidak cukup pintar. Namun, hari demi hari, perlahan Raka mulai berubah. Setiap kali ia bertemu Ibu Sari, ada dorongan kecil di dalam hatinya untuk lebih berusaha. “Kalau Ibu Sari bisa tersenyum setiap hari, kenapa aku harus selalu mengeluh?” pikirnya. Semangat Ibu Sari bagaikan matahari pagi yang menerangi langkah-langkah kecilnya menuju perubahan.

Di sisi lain, ada seseorang yang tanpa sadar menyebarkan energi yang berbeda. Namanya Miftah, seorang karyawan di sebuah perusahaan. Setiap hari, ia selalu datang dengan wajah muram. Pagi-pagi, ia sudah mulai mengeluh, “Aduh, kerjaan numpuk lagi. Gaji segini-gini saja, capek deh!” Keluhan itu terus berulang dan tanpa disadari, menular ke rekan-rekannya. Awalnya, mereka hanya mendengarkan. Namun lama-kelamaan, mereka mulai ikut mengeluh. Kantor yang awalnya penuh semangat berubah menjadi tempat yang penuh dengan energi negatif. Produktivitas menurun, komunikasi antar rekan kerja menjadi tidak nyaman, dan suasana menjadi semakin suram.

Apa yang terjadi pada Ibu Sari dan Miftah menunjukkan satu hal penting: energi yang kita sebarkan bisa menular ke orang lain. Ketika kita membawa semangat, kehangatan, dan sikap positif, orang-orang di sekitar kita akan ikut merasakannya. Sebaliknya, ketika kita terus-menerus menyebarkan keluhan dan energi negatif, kita bisa tanpa sadar mempengaruhi orang lain untuk ikut merasa terbebani.

Lalu, bagaimana kita bisa lebih sadar dalam menyebarkan energi positif? Sederhana saja. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti tersenyum, menyapa dengan tulus, dan memberikan apresiasi kepada orang lain. Ketika melihat seseorang sedang kesulitan, tawarkan bantuan. Hindari kebiasaan mengeluh yang tidak perlu, dan gantilah dengan mencari solusi. Kita mungkin tidak bisa mengontrol semua hal yang terjadi dalam hidup, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita bereaksi terhadapnya.

Dunia ini membutuhkan lebih banyak orang seperti Ibu Sari, orang-orang yang mampu menebarkan kebaikan dan semangat, bahkan hanya dengan tindakan kecil. Bayangkan jika setiap orang memiliki sedikit saja semangat dan ketulusan seperti Ibu Sari. Mungkin, dunia akan menjadi tempat yang lebih hangat dan menyenangkan untuk semua orang.

Leave a Reply