SATUKLIKMEDIA.COM, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menanggapi isu kekosongan stok bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU swasta seperti Shell dan BP-AKR. Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah menaikkan kuota impor BBM untuk SPBU swasta pada tahun 2025 sebesar 10 persen dibandingkan tahun 2024.

Bahlil memberi contoh, jika tahun lalu kuota impor untuk suatu perusahaan adalah 100 juta kiloliter (KL), maka tahun ini naik menjadi 110 juta KL. Ia menegaskan jika pasokan dari kuota impor tersebut masih dirasa kurang, maka pengelola SPBU swasta bisa membeli pasokan BBM langsung dari PT Pertamina (Persero). Menurutnya, stok BBM Pertamina saat ini dalam kondisi aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah menempatkan prioritas pada keseimbangan neraca ekspor-impor BBM. Hal ini berarti distribusi BBM harus memperhatikan kepentingan nasional secara menyeluruh, sehingga penambahan impor secara berlebihan dihindari. Fokus pemerintah saat ini adalah memperkuat ketahanan energi nasional dengan mengurangi ketergantungan impor dan mengoptimalkan produksi dalam negeri.

Terkait kebijakan kuota, Bahlil menambahkan bahwa alokasi impor BBM untuk badan usaha swasta ditetapkan untuk setahun namun izinnya dievaluasi setiap enam bulan. Kebijakan ini memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi BBM ke masyarakat.

Pernyataan ini sekaligus merespon keluhan mengenai kekosongan stok BBM di SPBU swasta yang sempat terjadi di beberapa wilayah, termasuk Jakarta dan sekitarnya, seperti SPBU Shell dan BP AKR yang kehabisan beberapa jenis BBM seperti Shell Super, Shell V-Power, dan BP Ultimate.

Dengan adanya tambahan kuota impor serta opsi pembelian BBM dari Pertamina, pemerintah berharap agar kelangkaan yang dialami SPBU swasta tidak berdampak luas dan masyarakat tetap mendapatkan layanan BBM yang stabil.