SATUKLIKMEDIA.COM, LONDON – Harga emas dunia kembali mengalami pelemahan pada perdagangan Senin (25/8/2025), seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Meski sempat mencatat kenaikan dalam tiga sesi beruntun hingga menembus level tertinggi satu pekan terakhir, tren positif emas harus terhenti karena pasar merespons sinyal kebijakan moneter dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan data terbaru, harga emas spot turun tipis sebesar 0,3 persen menjadi US$ 3.362,56 per ons. Sebelumnya, emas sempat menyentuh level tertinggi sejak 11 Agustus 2025. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga terkoreksi 0,3 persen ke posisi US$ 3.407,30 per ons.
Penguatan Dolar Jadi Penekan
Koreksi emas kali ini tak lepas dari menguatnya indeks dolar AS yang naik 0,2 persen. Kondisi tersebut membuat emas relatif lebih mahal bagi investor pemegang mata uang lain. Faktor utama yang memicu penguatan dolar adalah komentar terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell, yang memberi sinyal kuat soal arah kebijakan suku bunga.
“Menurut pandangan saya, Powell hanya mengindikasikan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk bulan September. Jadi ada penyesuaian di pasar yang mendukung dolar sekaligus menekan harga emas,” jelas analis UBS, Giovanni Staunovo, dikutip Reuters.
Pernyataan Powell dianggap pasar sebagai bentuk kehati-hatian The Fed dalam menurunkan suku bunga. Alih-alih memangkas dalam jumlah besar, The Fed kemungkinan hanya akan menurunkan tipis suku bunga guna menyeimbangkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Menunggu Data Inflasi AS
Selain menanti kejelasan kebijakan moneter, para investor kini fokus pada rilis data harga konsumsi pribadi (PCE) AS yang akan diumumkan akhir pekan ini. PCE merupakan indikator inflasi pilihan The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunga.
Konsensus pasar memperkirakan inflasi inti PCE akan meningkat hingga 2,9 persen, level tertinggi sejak akhir 2023. Jika data tersebut sesuai ekspektasi, ruang The Fed untuk melonggarkan suku bunga akan semakin terbatas. Kondisi itu bisa memperkuat dolar lebih jauh, sehingga memberikan tekanan tambahan terhadap emas.
“Pasar masih menimbang apakah penurunan suku bunga benar-benar akan dilakukan. Jika inflasi terbukti masih tinggi, The Fed bisa menunda langkah agresif,” ujar Staunovo menambahkan.
Karakteristik Emas di Tengah Suku Bunga
Dalam kondisi suku bunga rendah, emas biasanya mendapat keuntungan karena biaya peluang memegang aset non-yield seperti emas batangan menjadi lebih rendah. Namun, sebaliknya, saat suku bunga diperkirakan bertahan tinggi atau dolar menguat, emas cenderung tertekan karena investor beralih ke instrumen lain yang memberi imbal hasil.
Meski mengalami penurunan tipis pada awal pekan ini, posisi emas masih relatif stabil karena masih berada di dekat level tertinggi dua minggu. Hal ini menunjukkan emas tetap menjadi salah satu aset lindung nilai (safe haven) yang diminati di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Logam Mulia Lainnya Ikut Terkoreksi
Selain emas, sejumlah logam mulia lain juga mencatat pelemahan. Harga perak spot turun 0,2 persen menjadi US$ 38,75 per ons. Platinum terkoreksi lebih dalam, yakni 0,9 persen ke level US$ 1.349,35 per ons, sementara paladium merosot 0,7 persen menjadi US$ 1.118,26 per ons.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa pergerakan logam mulia secara umum masih dipengaruhi oleh dinamika dolar AS dan ekspektasi kebijakan moneter. Selama pasar masih menanti kepastian arah inflasi dan suku bunga, harga logam mulia kemungkinan tetap fluktuatif.
Prospek ke Depan
Para analis memperkirakan harga emas masih akan bergerak di kisaran US$ 3.300 hingga US$ 3.400 per ons dalam jangka pendek. Faktor penentu utama tetap pada arah kebijakan The Fed dan data ekonomi AS.
Jika rilis data inflasi lebih tinggi dari ekspektasi, emas berpotensi tertekan lebih lanjut karena dolar akan semakin menguat. Namun, bila inflasi menunjukkan tanda-tanda melandai, emas bisa kembali mendapat dukungan dari ekspektasi pelonggaran suku bunga yang lebih besar.
Secara jangka panjang, prospek emas masih positif karena permintaan global tetap kuat, baik dari bank sentral dunia maupun investor individu. Emas masih dianggap aset aman di tengah gejolak geopolitik dan ketidakpastian pasar keuangan.
Leave a Reply