SATUKLIKMEDIA.COM, GOWA – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, dan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci untuk menjawab persoalan mendasar yang dihadapi Kota Makassar.
Hal itu disampaikannya saat membawakan materi dalam Placemaking Summit bertajuk Makassar Placemaking for Academic Network (MAPAN) di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Gowa, Senin (8/9/2025). Kegiatan ini diinisiasi oleh Sekolah Pascasarjana Unhas Program Studi Magister Transportasi, bekerja sama dengan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota serta Australia Indonesia Centre.
Tiga Isu Krusial
Dalam paparannya, Munafri menguraikan tiga isu pokok yang membutuhkan dukungan akademisi, khususnya tim Fakultas Teknik Unhas, untuk segera dicarikan solusi. Ketiganya adalah:
- Sistem pemetaan wilayah,
- Sistem transportasi publik, dan
- Sistem pengelolaan sampah.
“Tujuan saya hadir di forum ini adalah untuk mencari solusi konkret dari persoalan kota. Saya percaya ide-ide segar dari akademisi sangat penting agar Makassar tumbuh menjadi kota yang lebih ideal,” kata Munafri.
Menurutnya, Makassar tidak akan berkembang jika pola pikir sektoral masih mendominasi. Kolaborasi, kata dia, adalah jalan terbaik membangun kota yang nyaman, ramah lingkungan, dan berdaya saing.
“Selalu saya tekankan, kota ini tidak akan besar, tidak akan nyaman, kalau ego sektoral masih ada di kepala kita masing-masing. Kita harus menyelesaikan persoalan secara bersama-sama,” tegasnya.
Selaras dengan Visi 2025–2030
Lebih jauh, pria yang akrab disapa Appi itu menautkan pemaparannya dengan visi-misi Pemkot Makassar 2025–2030. Fokus utamanya mencakup peningkatan daya saing ekonomi, pelayanan dasar, pemerataan pendidikan dan kesehatan, pembangunan infrastruktur yang berkeadilan, hingga pengembangan pusat inovasi, seni, budaya, olahraga, dan pariwisata.
Dari visi tersebut, lahir program strategis seperti pembangunan ruang terbuka hijau, stadion sepak bola, revitalisasi taman kota sebagai ruang kreatif, pembangunan ruas jalan baru untuk mengurai kemacetan, hingga penataan transportasi publik yang ramah lingkungan.
Tantangan Nyata di Lapangan
Munafri menyinggung adanya tumpang tindih kewenangan dalam pembangunan kota, terutama terkait tata ruang dan lalu lintas. Salah satu contoh adalah pengelolaan area komersial dan perhotelan yang terkendala keterbatasan lahan parkir.
“Harus ada manajemen yang lebih baik. Saya mendorong investor untuk bersama-sama mencari lahan membangun building parking di Makassar, yang nantinya bisa dikelola independen dengan sistem modern,” jelasnya.
Selain parkir, masalah kemacetan juga menjadi sorotan. Menurutnya, pada jam-jam sibuk terutama di jalur penghubung Makassar dengan daerah sekitar, arus kendaraan sangat padat akibat parkir liar dan keterbatasan infrastruktur jalan.
“Ini masalah yang harus segera dituntaskan. Mobilitas warga dan aktivitas ekonomi tidak boleh terhambat hanya karena kemacetan,” tegasnya lagi.
Munafri juga menyoroti pemanfaatan ruang publik di Makassar yang dinilai belum efektif. Banyak lahan dimiliki secara bersama sehingga sulit dikelola secara optimal.
Harapan dari Forum Akademik
Melalui forum akademik seperti MAPAN, Munafri berharap lahir gagasan segar yang bisa dijadikan rujukan kebijakan Pemkot.
“Harapan saya, dari sini lahir pemikiran yang lebih fresh, lebih detail, agar kita bisa bersama-sama menyelesaikan persoalan ruang kota yang kompleks. Dengan kolaborasi, saya yakin Makassar bisa semakin maju,” pungkasnya.
Leave a Reply