Wali Kota Munafri Gaungkan Toleransi dan Kota Asri, Ajak Warga Bersatu Hijaukan Makassar Lewat Gerakan Zero Waste

Wali Kota Munafri Gaungkan Toleransi dan Kota Asri, Ajak Warga Bersatu Hijaukan Makassar Lewat Gerakan Zero Waste

Penanaman Pohon Tabebuya yang digelar Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dalam rangka Musyawarah Pelayanan Selselbara, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu (27/9/2025) pagi.

SATUKLIKMEDIA.COM, MAKASSAR – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, kembali menyerukan pentingnya membangun kota dengan dua fondasi utama: toleransi antarumat beragama dan kepedulian lingkungan yang mendalam. Pesan ini disampaikan Munafri saat menghadiri Kegiatan Penanaman Pohon Tabebuya yang digelar oleh Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dalam rangka Musyawarah Pelayanan Selselbara, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu, 27 September 2025.

​Acara yang merupakan rangkaian Musyawarah Pelayanan GPIB Selselbara ini dihadiri oleh Ketua TP PKK Kota Makassar Melinda Aksa, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Helmy Budiman, dan jajaran pengurus GPIB. Munafri menegaskan bahwa aksi penanaman 1.000 pohon ini adalah simbol toleransi dan sinergi yang harus terus dirawat.

​”Kolaborasi bersama ini, wujud nyata toleransi dan kepedulian lingkungan yang harus kita rawat bersama,” jelas Munafri. Ia menekankan bahwa Pemkot tidak bisa bekerja sendirian dalam memenuhi amanat Undang-Undang yang mewajibkan 30 persen ruang terbuka hijau (RTH). Saat ini, RTH di Makassar baru mencapai sekitar 11 persen, sehingga dibutuhkan kebersamaan untuk memaksimalkan pola penghijauan.

Pohon Tabebuya dan Tantangan Zero Waste

​Munafri menyampaikan apresiasinya karena penanaman pohon ini akan memberikan dampak besar, tidak hanya memperindah kota tetapi juga menyeimbangkan ekosistem dengan mengembalikan oksigen. Sebagai langkah konkret, Munafri mengumumkan rencana mewajibkan setiap siswa SD dan SMP di Makassar menanam minimal satu pohon. Ia berharap gerakan ini menjadi budaya, di mana jika satu juta penduduk menanam, maka Makassar akan memiliki satu juta pohon baru.

​Wali Kota juga mendorong penanaman pohon endemik yang mulai langka seperti copeng (anggur Bugis), kecapi, kersen, dan bune. Sementara pohon Tabebuya dipilih GPIB karena memiliki nilai estetika tinggi dan efektif menyerap polusi udara, sejalan dengan visi kota asri.

​Di sisi lain, Munafri mengungkapkan tantangan terbesar Makassar dalam mengelola sampah. TPA Antang kini menampung 1.000–1.200 ton sampah per hari, dengan ketinggian tumpukan mencapai 17 meter. Tanpa intervensi, daya tampung TPA diperkirakan hanya bertahan dua tahun lagi. Karena itu, Pemkot menargetkan setiap rumah tangga menuju zero waste.

​”Semua RT-RW wajib memiliki sistem pengolahan sampah, baik melalui komposter, ekoenzim, budidaya maggot, maupun biopori,” tegasnya. Pemkot juga akan menggandeng perusahaan swasta untuk mendukung penyediaan tempat sampah terpilah melalui program CSR, agar pemilahan sampah organik dan anorganik dapat dimulai sejak dari rumah.

GPIB: Simbol Kontribusi Lintas Agama

​Ketua Panitia GPIB, Kristin Sinaga, menjelaskan bahwa aksi penghijauan ini merupakan bentuk kepedulian umat Kristen terhadap kelestarian lingkungan dan dukungan nyata terhadap program Pemkot Makassar. “Kami mengawali dengan penanaman pohon tabebuya sebagai kontribusi nyata untuk mempercantik kota yang menjadi rumah kita bersama,” ujar Kristin.

​Ia menjelaskan, tabebuya dipilih karena ketahanannya terhadap cuaca dan kemampuannya mengolah polusi di tengah kepadatan kota. Penanaman 1.000 bibit ini diharapkan menjadi simbol kebersamaan seluruh warga kota yang multibudaya dan multiagama.

​Wali Kota Munafri pun menjanjikan dukungan penuh Pemkot terhadap Musyawarah Besar GPIB yang akan digelar pada Oktober nanti. Dukungan ini menandakan bahwa semangat kebersamaan seluruh warga Makassar, tanpa memandang agama maupun latar belakang, akan terus menjadi kunci utama untuk mewujudkan Kota Makassar yang asri, nyaman, dan harmonis.

Leave a Reply